ada yang salah dengan "keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia"

Pertemuan dengan saudara-saudara di dunia pendidikan diawali dengan degradasi media dan tektek bengeknya, jurang pemisah kami sangat dalam.. saya tidak percaya, yang dapat saya katakan adalah jarak antara tempat saya dan rekan-rekan ini memang memiliki radius administratif yg sangat jauh. usia mereka rata-rata lebih diatas usia saya, tingkat pendidikan strata satu dan embel-embelnya. jika dihadapkan pada senioritas saya akan menempati juru kunci klasemen, namun.. jika dihadapkan pada kapabilitas dan teman-temannya, maaf seribu maaf (sorry to say) kalau begini caranya saya bisa keluar sebagai juara  :).

tapi bukan itu intinya, namun bagaimana bisa terjadi ada banyak sekali "pemisah" secara teknis diantara kita. mengapa selalu jadi alasan sebuah teritori bisa menjadi penyebab semua ini, fasilitas di "daerah" terlalu dibuai dengan pencitraan "unik", "natural", "organik" sementara orang-orang didaerah sendiri berkiblat pada fasilitas masyarakat perkotaan, sehingga ada sikap-sikap "tanggung" yg berpotensi "absurd" menghinggapi masyarakat di "daerah". saya akan mempersempit pada lini dunia pendidikan, dimana dunia tersebutlah yg tengah saya geluti, saya ambil sebuah contoh atau tema.. tentang media pembelajaran, dimana dukungan secara teknis harus dan sangat diupayakan menyangkut alat-alat pendukungnya seperti komputer, projector,etc. tentu saja untuk mengaplikasikannya adalah tergantung dari user si pengguna alat-alat pendukung tersebut. "brainware" pengistilahan yg akan memproses segala bentuk "hardware"dan "software" yg berkaitan dengan hal tersebut. permasalahannya, adalah hal yg sulit saya pahami saat beberapa rekan-rekan pengajar yg hampir menyerah dan menunjukkan sikap pesimistis untuk menguasai hal tersebut. beberapa respon yg dapat ditangkap adalah seolah-olah mereka menyerahkan hal tersebut kepada yg berkepentingan saja bahkan tidak sedikit sikap-sikap menghindari hal-hal tersebut dilakukan juga dengan terpaksa. saya tidak akan menyinggung tentang "apakah ada kata terlambat untuk belajar?" karena ini soal waktu dan tempat, hal yang seharusnya sudah bisa dilakukan dan tidak ada alasan untuk menolak. lalu kemana saja mereka selama ini? fasilitas apa saja yg mereka tekuni selama ini? hingga mengantarkan dan mempertemukan mereka dengan arus lain dari muara yg berbeda dan sulit diurai untuk diadaptasikan pada sebuah "rasa"yg baru, tadinya dalam pikiran saya yg terlintas adalah kolaborasi strategi-strategi yg segar dan pendukung-pendukungnya. namun yg saya dapatkan adalah sebuah "masalah" yg seharusnya tidak jadi "masalah" jika keadilan sosial memang benar-benar bagi seluruh rakyat Indonesia. ,masih banyak yg ingin saya tuangkan disini, namun maaf..tugas memanggil ( call of duty)

4 komentar:

Pages